Kesawan, Kota Tua Medan

hotel medanBerwisata di Medan, tidak melulu mengunjungi Istana Maimoon atau Masjid Raya Al Mahsun yang merupakan peninggalan Kesultanan Deli yang terkenal hingga ke Malaka. Banyak tempat lainnya yang asik untuk dikunjungi. Namun, jika Anda lelah berkeliling seharian, Anda bisa beristirahat di hotel Medan. Di sekitaran Lapangan Merdeka dan Stasiun Kereta Api Medan, terdapat banyak hotel Medan dan posisinya strategis dekat dengan tempat makan, mal dan kawasan Kesawan.

Kesawan merupakan nama sebuah daerah di Medan yang banyak dijumpai bangunan-bangunan tua yang bersejarah sejak zaman Kolonial Belanda yang terlihat dari bentuk arsitektur bangunannya. Sepanjang Jalan Ahmad Yani, Medan ini, Anda akan melihat peninggalan Kota Medan pada zaman dulu. Sebelumnya, daerah Kesawan Medan ini dihuni oleh masyarakat Melayu pada tahun 1880, tetapi kemudian posisinya tergeser oleh orang-orang Tinghoa yang berdagang dan menetap di daerah ini, sehingga kawasan ini juga disebut China Town di Medan. Beberapa bangunan tua yang ada di kawasan ini, ternyata masih ada yang dipertahankan keutuhannya.

Gedung PT. London Sumatera (Lonsum)

Peninggalan Kolonial Belanda ini masih tetap berdiri gagah di ujung Jalan Ahmad Yani mengarah ke Lapangan Merdeka, Medan. Awalnya pada tahun 1906, gedung berarsitektur “Indische Empire” ini dibangun sebagai kantor dari perusahaan perkebunan milik Harrisons & Crossfield Plc, yang berbasis di London. Kini gedung ini digunakan sebagai kantor pusat perusahaan yang bernama PT. PP London Sumatera Indonesia dan telah menjadi cagar budaya di Medan.

Posisinya strategis dikelilingi gedung lainnya yang memiliki historis dan seni arsitektur tempo dulu, diantaranya Gedung Jakarta Llyod, Gedung Bank Indonesia, hote Medan yang bernama Hotel Natour Dharma Deli,  Kantor Pos Besar Medan dan Jembatan Titi Gantung.

Restoran Tip Top

Inilah adalah restoran tertua di Kota Medan yang berdiri sejak tahun 1934 dan letaknya dekat dengan hotel murah di Medan. Bangunan, suasana dan interior khas rumah Belanda terlihat jelas pada taplak meja kotak-kotak, meja bulat agak pendek, bangku setengah lingkaran dari kayu dan rotan yang pertahan sejak pertama kali berdiri hingga sekarang.

Tip Top berasal dari bahasa Belanda yang artinya “kualitas prima” dan menyajikan beragam menu khas Belanda, seperti  Huzaren Salad, Bitterballen, Tounge Steak, Wienner Scintzel, yang dipadukan dengan masakan khas Cina dan Indonesia. Di kala sore, Anda dapat menyeruput secangkir kopi robusta dari Sidikalang, kue-kue tarcis dan cake yang dipanggang di tungku dengan kayu bakar. Lalu ditutup dengan es krim yang menjadi ciri khas restoran ini dengan berkisar Rp9.000-Rp15.000. Disekitar restoran juga terdapat hotel medan.

Tjong A Fie Mansion dan Masjid Gang Bengkok

Rumah milik Tjong A Fie dengan gerbang bertembok tinggi kuning lembut yang dilengkapi sepasang kaligrafi besar di kanan-kirinya, beraksen kayu, serta beratap khas bangunan Cina ini menjadi sangat kontras di antara deretan ruko-ruko yang dihuni oleh warga keturunan Tionghoa. Rumah megah saudagar terkenal dari Cina yang telah berusia ratusan tahun ini dijadikan cagar budaya dan terdiri atas 35 ruangan. Uniknya, rumah ini juga memasukkan unsur budaya Eropa pada pilar dan jeruji khas budaya Melayu. Anda dapat menyaksikan tata ruang yang otentik, sampai barang-barang asli peninggalan keluarga Tjong A Fie, seperti perabotan antik, koleksi keramik Cina kuno, dan koleksi baju asli mendiang Nyonya Tjong A Fie yang dihiasi manik-manik cantik.

Berjarak tidak jauh dari Tjong A Fie Mansion, berdiri bangunan masjid mirip klenteng, tempat ibadah umat Khonghucu sekitar tahun 1900. Arsitektur khas Cina terlihat pada atap yang melengkung, pilar penopang, dan patung hiasan. Konon, pembiayaan masjid ini seluruhnya ditanggung oleh Tjong A Fie sebagai penghormatan masyarakat Tionghoa kepada masyarakat Melayu di Medan.

 

ditulis oleh tim penulis GoIndonesia.com

Leave a comment